Buku Soal UN SD Pun Laris Manis

>> Wednesday, February 2, 2011

Ujian nasional (UN) bagi siswa SD, SMP, SMA tinggal beberapa bulan lagi. Berbagai persiapan pun dilakukan siswa untuk menempuh Ujian nasional Sekolah Dasar (UNSD). Selain mengikuti bimbingan belajar, para siswa diasah menjawab latihan soal UASBN melalui buku-buku referensi yang dianjurkan sekolah masing-masing.


Beberapa anak didampingi orangtuanya menghampiri ruang tengah yang mendisplai buku-buku latihan soal di Toko Buku Togamas Jl Diponegoro. Ada banyak jenis buku soal UASBN yang terpajang di rak, tapi kali ini mereka justru memburu buku Detik-Detik UASBN terbitan Intan Pariwara sebagai bahan latihan soal menghadapi UASBN.

Mita, siswa kelas 6 SD, mengaku membeli buku Detik-Detik UASBN atas anjuran guru. “Kata guru saya, buku ini mudah untuk dipelajari. Makanya kami dianjurkan untuk beli buku ini dan dibahas bersama-sama di kelas,” kata siswa SDN Kertajaya ini.

Dari sekian banyak pilihan buku kumpulan soal, yang paling banyak diminati memang Detik-Detik UASBN. Terbukti sejak buku tersebut dipajang di toko buku tersebut pada awal Januari, setiap harinya buku itu khusus untuk SMA terjual hingga lebih 20 eksemplar. Begitu juga dengan buku Detik-Detik untuk SMP dari awal beredar pertengahan Desember 2010 setiap harinya juga laris terjual.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap mendekati penyelenggaraan UASBN, penerbit-penerbit menggelontorkan buku kumpulan soal-soal yang diharapkan dapat membantu belajar para siswa. Di antaranya Epsilon Grup yang menerbitkan Persiapan Menghadapi Ujian Nasional SMP 2011 dan Menghadapi UASBN SD, Yrama Widya menerbitkan Panduan Persiapan Mandiri Ujian Nasional dan Ujian Sekolah SMA IPA, adapula Siap Menghadapi UN SMP/MTs, IPA terbitan Grasindo, Persiapan Menghadapi UN SMK-SMEA bisnis dan manajemen standard isi KTSP terbitan Pustaka Setia, dan lainnya. Tak menutup kemungkinan buku-buku tersebut juga laku di pasaran, namun peminatnya tak sebanyak Detik-Detik.

Menurut Supervisior Operasional Togamas, Sidik, setiap harinya baik dari siswa maupun guru selalu membeli buku-buku latihan soal UASBN. Namun buku yang paling banyak terjual adalah buku latihan soal untuk SMP ketimbang untuk SMA dan SD “Dalam sehari bisa sampai 20 buku,” katanya.

Sekadar informasi, buku yang menjadi acuan para siswa itu di dalamnya rata-rata memuat ringkasan materi dan contoh latihan dari soal UN 2010/2011, tiga paket try out ujian Nasional, empat paket prediksi Ujian Nasional.

Salah satu buku latihan soal untuk SMP dan SD juga menyertakan kisi-kisi materi dan kunci jawaban. Untuk kualifikasi SMA, kunci jawaban serta kisi-kisi materinya dijual terpisah. “Aturan ini sudah dari pusat, saya tidak tahu kenapa harus dijual terpisah,” terang Sidik.

Saking banyaknya permintaan buku Detik-Detik UASBN, toko buku sekelas Gramedia sempat kehabisan stok, khusus untuk buku SMP. “Banyak siswa SMP yang cari buku Detik-Detik di sini,” kata salah satu pegawai TB Gramedia.

Menurutnya, sejak order awal Januari hanya dalam waktu 1 minggu sebagian buku referensi untuk siswa itu ludes terjual. “Sampai sekarang ada salah satu buku untuk SMP yang laku terjual hingga kami kehabisan stok. Sekarang masih order, nggak tahu kapan dikirimnya,” kata pegawai pria yang tak bersedia namanya disebutkan.

Meski yang ditawarkan sama, soal-soal, namun tak semuanya laris manis. Di Gramedia ada salah satu buku latihan soal UASBN yang kini belum terjual satu pun. Diakui, para pembeli buku kumpulan soal itu umumnya membeli sesuai anjuran gurunya.

Pakar pendidikan, Isa Anshori, menyatakan buku latihan soal UASBN itu sifatnya tidak wajib dimiliki. Ia menyebut buku panduan latihan soal dan bimbingan belajar itu hanyalah suatu tambahan. “Bila proses belajar di dalam kelas dilakukan dengan baik, maka buku-buku seperti itu tidak diperlukan. Seharusnya guru bisa membuat soal latihan UASBN,” tegasnya.

Ia menyesalkan jika sertifikasi terhadap guru tidak berdampak positif terhadap siswa. “Kalau memang persiapan UASBN hanya mengandalkan buku latihan soal milik orang lain, maka upaya sertifikasi yang dilakukan tidak berdampak bagi siswa. Seharusnya, selain berdampak terhadap kesejahteraan guru sertifikasi juga berdampak dan bermanfaat terhadap siswa. Makanya diberlakukan sertifikasi agar dalam proses belajar mengajar, guru dapat dengan baik memberikan materi pelajaran,” kata Isa.

Menurutnya, referensi tambahan belajar seperti buku atau bimbingan belajar tidak bisa menjangkau ke semua lapisan, sebab hanya orang yang memiliki ekonomi cukup yang bisa mendapatkannya. “Kalau buku Detik-detik diwajibkan, kan kasihan anak-anak yang ekonominya di bawah rata-rata. Maka dari itu, solusinya diperlukan guru yang berpengalaman dalam proses belajar di kelas,” pungkasnya.

Related Posts by Categories



0 comments:

Post a Comment

  © Kolom Panduan by Good Bloggers

Back to TOP