Bagaimana Bisa Jadi Kaya dari Internet
>> Monday, January 31, 2011
Bagamana Bisa Jadi Kaya dari Dunia Internet? Satu pertanyaan yang cukup menarik, dan banyak dipikirkan oleh para peminat bisnis online. Yaitu Bisakah bisnis online membuat kita kaya? Jawabannya. tentu saja bisa. Lalu apa syaratnya? apa buktinya?
Anda mungkin sudah pernah mendengar tentang pemilik amazon.com, ebay.com, yahoo.com, google.com, facebook.com dan situs besar lainnya. Mereka adalah orang-orang yang sudah amat kaya melalui bisnis online atau bisnis internet.
Internet saat ini bukan hanya sebagai tempat mencari berita dan social networking namun juga sebagai tempat investasi yang menarik bagi para pengusaha baik itu muda maupun tua.
Hebatnya, banyak pengusaha muda yang berhasil menaklukkan dunia usaha baru ini. Di film Social Network garapan sutradara David Fincher, pendiri Facebook Mark Zuckerberg (Jesse Eisenberg) dan rekannya Eduardo Saverin (Andrew Garfield) tengah berdialog dengan pendiri Netscape, Sean Parker (Justin Timberlake) tentang keuntungan mengelola situs jejaring soal yang mereka buat. “Kamu tahu apa yang paling keren selain jutaan dolar,” tanya Sean Parker kepada Mark dan Eduardo.
“Miliaran dolar,” jawab Sean Parker singkat. Apa yang dibicarakan Sean Parker memang jadi kenyataan. Saat ini nilai yang dicapai Facebook tidak pernah terbayang oleh Mark Zuckerberg sekalipun. Berdasarkan laporan New York Times nilai Facebook saat ini mencapai USD50 miliar. Jumlah pencapaian tersebut sangat besar karena nilai tersebut justru mengalahkan nilai yang diraih oleh Yahoo dan eBay.
Yahoo dilaporkan hanya memiliki nilai USD22 miliar, sedangkan eBay mendapatkan nilai USD37 miliar. Posisi tertinggi ada pada Google yang nilainya mencapai USD200 miliar. Jika mundur ke belakang, semua orang sudah tahu Mark Zuckerberg merintis Facebook pada 2004 di sebuah kamar kos. Dari situlah cerita sukses Mark Zuckerberg meraih jutaan orang berkumpul dalam satu jejaring sosial dimulai. Tentu saja agar Facebook sebesar saat ini Mark Zuckerberg membutuhkan beberapa investasi.
Namun, hal itu tidak menafikan fakta bahwa pria kelahiran 14 Mei 1984 itu memulai Facebook hanya dengan bermodalkan komputer, koneksi internet, dan ide yang superbrilian. Di Asia, sosok yang hampir mirip dengan Mark Zuckerberg adalah Yoshikazu Tanaka. Pria warga negara Jepang yang berusia 33 tahun ini seolah mengikuti jejak kesuksesan Marck Zuckerberg dalam mengembangkan situs jejaring sosial.
Bedanya, Tanaka membuat situs jejaring sosialnya dalam versi Asia (Jepang) dengan nama Gree. Saat ini Gree telah menjadi sumber kekayaan Tanaka hingga USD1,4 miliar (Rp12,74 triliun) atau nyaris dua kali lipat dibanding dengan USD850 juta yang dia miliki tahun lalu. Tanaka mendapatkan kekayaan setelah Gree, situs jejaring sosial miliknya, mendadak populer dan harga sahamnya melonjak.
Padahal, Gree merupakan proyek hobi yang dia kerjakan saat masih bekerja di Rakuten, situs belanja milik Hiroshi Mikitani, orang terkaya keenam di Jepang. Kini situs jejaring sosialnya sudah memiliki 15 juta pengguna (naik hampir dua kali lipat dibanding 2009). Di jejaring sosial itu, pengguna bisa mengubah-ubah avatar game mereka dengan membeli baju dan aksesori untuk itu.
Tanaka bisa dikategorikan sebagai anak muda terkaya nomor dua di dunia karena usahanya sendiri setelah Mark Zuckerberg. Pria yang sebelumnya pernah bekerja di perusahaan Sony ini kini bisa menikmati kekayaannya sendiri dan masuk dalam daftar miliarder termuda. Mark Zuckerberg dan Tanaka tidak sendirian. Di antara mereka hadir puluhan anak muda yang berhasil mengembangkan potensi internet untuk mendapatkan kesuksesan.
Sebut saja nama-nama seperti Andrew Gower (Runescape), Blake Ross dan David Hyatt (Mozilla), serta Chad Hurley (Youtube). Melihat kesuksesan mereka, tidak heran jika saat ini perkembangan penggiat start up di luar negeri terus meningkat. Apalagi dukungan pada pengembangan start up mengalir sangat deras, baik itu dari perusahaan internasional maupun usahawan. Contoh saja rekan Mark Zuckerberg, Eduardo Saverin.
Pria asal Brasil ini justru banyak berkeliling dunia untuk mencari dan memberi dukungan, baik itu dana maupun informasi bagi penggiat start up. Baru-baru ini dia sudah menggelontorkan banyak dana kepada start up baru bernama Qwiki.“Saya berada dalam situasi yang sangat saya sukai saat ini, yakni membantu entrepreneur lain,” ujarnya. Eduardo Saverin menolak menyebutkan jumlah uang yang dia berikan kepada Qwiki.
Hanya saja, menurut Qwiki, dari modal sebesar USD8 juta yang mereka miliki saat ini, Eduardo Saverin adalah penyumbang terbesar di Qwiki. Bantuan pengembangan startup memang tidak hanya berupa dana. Pemberian akses riset dan pendidikan juga merupakan langkah yang sangat taktis untuk mengembangkan bisnis ini. Contoh saja IBM yang pada Desember tahun lalu memberikan kesempatan seluas mungkin bagi penggiat start-up untuk mengakses pusat riset, marketing, dan departemen pengembangan teknik yang ada di IBM.
Namun menurut Sarah Lacy, editor at large TechCrunch, kala mengadakan kunjungan ke Indonesia pada Mei tahun lalu mengatakan, perkembangan start-up tersebut sangat besar bergantung pada individunya. Menurut dia, ada enam resep kesuksesan dari perusahaan-perusahaan di Silicon Valey yang bisa ditiru penggiat start up. “Seperti mulailah dengan hal yang kecil, sederhana, dan yang Anda sukai. Tidak perlu banyak rencana, apalagi business plan, lakukan saja. Business plan baru diperlukan ketika Anda ingin melakukan komersialisasi produk,” ujarnya.
Selain itu, menurut dia, tekad memiliki peranan sangat penting. Jangan pernah berhenti ketika ada banyak orang menertawai ide yang Anda miliki. “Jangan lupa bahwa inovasi adalah kunci sukses seorang entrepreneur,” tegasnya. Beberapa resep yang lain adalah penciptaan lingkungan yang positif, tidak perlu memikirkan masalah modal sebagai penggerak usaha serta konsistensi.
Yang terakhir adalah mencari local value. Menurut dia, penggiat start-up lokal perlu menyadari beberapa hal yang ada di Amerika belum tentu berhasil di negara lain. “Tidak perlu melihat target market yang terlalu besar. Pikirkan tentang kebutuhan diri sendiri, lingkungan/masyarakat sekitar. See the hole, and fill it in,” ujarnya.
Anda mungkin sudah pernah mendengar tentang pemilik amazon.com, ebay.com, yahoo.com, google.com, facebook.com dan situs besar lainnya. Mereka adalah orang-orang yang sudah amat kaya melalui bisnis online atau bisnis internet.
Internet saat ini bukan hanya sebagai tempat mencari berita dan social networking namun juga sebagai tempat investasi yang menarik bagi para pengusaha baik itu muda maupun tua.
Hebatnya, banyak pengusaha muda yang berhasil menaklukkan dunia usaha baru ini. Di film Social Network garapan sutradara David Fincher, pendiri Facebook Mark Zuckerberg (Jesse Eisenberg) dan rekannya Eduardo Saverin (Andrew Garfield) tengah berdialog dengan pendiri Netscape, Sean Parker (Justin Timberlake) tentang keuntungan mengelola situs jejaring soal yang mereka buat. “Kamu tahu apa yang paling keren selain jutaan dolar,” tanya Sean Parker kepada Mark dan Eduardo.
“Miliaran dolar,” jawab Sean Parker singkat. Apa yang dibicarakan Sean Parker memang jadi kenyataan. Saat ini nilai yang dicapai Facebook tidak pernah terbayang oleh Mark Zuckerberg sekalipun. Berdasarkan laporan New York Times nilai Facebook saat ini mencapai USD50 miliar. Jumlah pencapaian tersebut sangat besar karena nilai tersebut justru mengalahkan nilai yang diraih oleh Yahoo dan eBay.
Yahoo dilaporkan hanya memiliki nilai USD22 miliar, sedangkan eBay mendapatkan nilai USD37 miliar. Posisi tertinggi ada pada Google yang nilainya mencapai USD200 miliar. Jika mundur ke belakang, semua orang sudah tahu Mark Zuckerberg merintis Facebook pada 2004 di sebuah kamar kos. Dari situlah cerita sukses Mark Zuckerberg meraih jutaan orang berkumpul dalam satu jejaring sosial dimulai. Tentu saja agar Facebook sebesar saat ini Mark Zuckerberg membutuhkan beberapa investasi.
Namun, hal itu tidak menafikan fakta bahwa pria kelahiran 14 Mei 1984 itu memulai Facebook hanya dengan bermodalkan komputer, koneksi internet, dan ide yang superbrilian. Di Asia, sosok yang hampir mirip dengan Mark Zuckerberg adalah Yoshikazu Tanaka. Pria warga negara Jepang yang berusia 33 tahun ini seolah mengikuti jejak kesuksesan Marck Zuckerberg dalam mengembangkan situs jejaring sosial.
Bedanya, Tanaka membuat situs jejaring sosialnya dalam versi Asia (Jepang) dengan nama Gree. Saat ini Gree telah menjadi sumber kekayaan Tanaka hingga USD1,4 miliar (Rp12,74 triliun) atau nyaris dua kali lipat dibanding dengan USD850 juta yang dia miliki tahun lalu. Tanaka mendapatkan kekayaan setelah Gree, situs jejaring sosial miliknya, mendadak populer dan harga sahamnya melonjak.
Padahal, Gree merupakan proyek hobi yang dia kerjakan saat masih bekerja di Rakuten, situs belanja milik Hiroshi Mikitani, orang terkaya keenam di Jepang. Kini situs jejaring sosialnya sudah memiliki 15 juta pengguna (naik hampir dua kali lipat dibanding 2009). Di jejaring sosial itu, pengguna bisa mengubah-ubah avatar game mereka dengan membeli baju dan aksesori untuk itu.
Tanaka bisa dikategorikan sebagai anak muda terkaya nomor dua di dunia karena usahanya sendiri setelah Mark Zuckerberg. Pria yang sebelumnya pernah bekerja di perusahaan Sony ini kini bisa menikmati kekayaannya sendiri dan masuk dalam daftar miliarder termuda. Mark Zuckerberg dan Tanaka tidak sendirian. Di antara mereka hadir puluhan anak muda yang berhasil mengembangkan potensi internet untuk mendapatkan kesuksesan.
Sebut saja nama-nama seperti Andrew Gower (Runescape), Blake Ross dan David Hyatt (Mozilla), serta Chad Hurley (Youtube). Melihat kesuksesan mereka, tidak heran jika saat ini perkembangan penggiat start up di luar negeri terus meningkat. Apalagi dukungan pada pengembangan start up mengalir sangat deras, baik itu dari perusahaan internasional maupun usahawan. Contoh saja rekan Mark Zuckerberg, Eduardo Saverin.
Pria asal Brasil ini justru banyak berkeliling dunia untuk mencari dan memberi dukungan, baik itu dana maupun informasi bagi penggiat start up. Baru-baru ini dia sudah menggelontorkan banyak dana kepada start up baru bernama Qwiki.“Saya berada dalam situasi yang sangat saya sukai saat ini, yakni membantu entrepreneur lain,” ujarnya. Eduardo Saverin menolak menyebutkan jumlah uang yang dia berikan kepada Qwiki.
Hanya saja, menurut Qwiki, dari modal sebesar USD8 juta yang mereka miliki saat ini, Eduardo Saverin adalah penyumbang terbesar di Qwiki. Bantuan pengembangan startup memang tidak hanya berupa dana. Pemberian akses riset dan pendidikan juga merupakan langkah yang sangat taktis untuk mengembangkan bisnis ini. Contoh saja IBM yang pada Desember tahun lalu memberikan kesempatan seluas mungkin bagi penggiat start-up untuk mengakses pusat riset, marketing, dan departemen pengembangan teknik yang ada di IBM.
Namun menurut Sarah Lacy, editor at large TechCrunch, kala mengadakan kunjungan ke Indonesia pada Mei tahun lalu mengatakan, perkembangan start-up tersebut sangat besar bergantung pada individunya. Menurut dia, ada enam resep kesuksesan dari perusahaan-perusahaan di Silicon Valey yang bisa ditiru penggiat start up. “Seperti mulailah dengan hal yang kecil, sederhana, dan yang Anda sukai. Tidak perlu banyak rencana, apalagi business plan, lakukan saja. Business plan baru diperlukan ketika Anda ingin melakukan komersialisasi produk,” ujarnya.
Selain itu, menurut dia, tekad memiliki peranan sangat penting. Jangan pernah berhenti ketika ada banyak orang menertawai ide yang Anda miliki. “Jangan lupa bahwa inovasi adalah kunci sukses seorang entrepreneur,” tegasnya. Beberapa resep yang lain adalah penciptaan lingkungan yang positif, tidak perlu memikirkan masalah modal sebagai penggerak usaha serta konsistensi.
Yang terakhir adalah mencari local value. Menurut dia, penggiat start-up lokal perlu menyadari beberapa hal yang ada di Amerika belum tentu berhasil di negara lain. “Tidak perlu melihat target market yang terlalu besar. Pikirkan tentang kebutuhan diri sendiri, lingkungan/masyarakat sekitar. See the hole, and fill it in,” ujarnya.
0 comments:
Post a Comment