Analisis Kekuatan Desain Jepang
>> Sunday, April 11, 2010
”What is tradition? Our philosophy, tradition is the continuing process of innovation.” Itulah misi industri Jepang dalam pameran perdagangan kelas dunia, Ambiente 2010, di Messe Frankfurt, Jerman, 12-16 Februari 2010. Pameran diikuti 4.600 peserta dari 80 negara, termasuk dari Indonesia.
Brand image alias pencitraan merek itulah yang dibangun Jepang. Diawali kekuatan tradisionalnya, Jepang mengetengahkan desain inovatif. Mereka pun percaya diri menggelar spanduk ”Connect to Japan Design” di stan pamerannya.
Sebenarnya, kalau dilihat dari brosurnya, sejumlah produk Jepang itu masih berupa prototipe. Artinya bisa diproduksi di Jepang atau diproduksi pengusaha negara lain. Tentunya tetap di bawah pengontrol kualitas (quality control) Jepang. Peluang bagus bagi Indonesia.
Dalam pameran ini tidak diperkenakan ada transaksi eceran atau ritel. Kalaupun bisa eceran, karena pembeli berdalih perlu contoh untuk dimodifikasi, untuk selanjutnya dipesan kembali sesuai kreativitas dan tambahan inovasi pembeli tersebut.
Di ajang pameran ini, produsen bertemu dengan pembeli partai besar. Karena itu, selain contoh produk, peserta lebih mengandalkan brosur dan compact disc (CD) sebagai alat jualannya. Tak heran, lantai empat gedung Tourhaus Service Center yang dijadikan areal kerja jurnalis menjadi tempat efektif menempatkan brosur dagangan.
Sayangnya, hanya ada satu brosur soal produk Indonesia. Hanya gambar produk tanpa alamat jelas. Lokasi stan pamerannya juga tidak jelas, padahal peserta negara lain memanfaatkan ruangan pers untuk memperkenalkan produknya.
Ramai
Suhu udara sekitar nol derajat celsius tidak membuat pameran ini sepi pengunjung. Namun, tidak sembarang orang bisa masuk ke gedung pameran ini. Hanya undangan khusus, seperti eksportir, importir, dan pedagang kelas besar, yang diperkenankan masuk.
Tahun 2010, pameran ini bertajuk ”New Different Exciting” yang mengetengahkan produk dinning, living, dan giving. Messe Frankfurt selaku penyelenggara Ambiente memperkirakan puluhan ribu pengunjung datang setiap hari.
Decak kagum, itulah kesan spontan begitu memasuki gedung-gedung pameran ini. Mengapa disebut gedung-gedung? Karena tempat pameran ini bukanlah satu gedung yang mirip Jakarta Convention Center, melainkan 11 gedung besar terdiri dari beberapa lantai yang semua terhubung dengan koridor yang dilengkapi eskalator horizontal ataupun vertikal. Pengunjung juga bisa menggunakan bus shuttle yang tersedia.
Ambiente boleh dibilang menjadi arena perang desain. Agar tidak ”kecolongan”, Jepang menampilkan produk kreatifnya, termasuk yang masih bersifat protipe. Desainer Jepang, Kataro Nishibori, membuat inovasi lampu duduk dengan teknik payung bambu Jepang.
Setiap desain dibikin filosofi dan narasinya. Kultur Jepang diinovasi menjadi produk bersifat fungsional bagi kebutuhan kehidupan sehingga bisa untuk dinning, living, dan giving. Dasar tradisi dijadikan lebih sederhana, tetapi berkualitas.
Sementara itu, desainer Jerman lainnya, Willhelm Seibel, yang memproduksi perangkat makan, mengatakan, dalam menghadapi krisis ekonomi, strategi yang penting diprioritaskan adalah fokus pada produk klasik agar tidak kehilangan pelanggan. Strategi kedua adalah kejelian mengembangkan produk yang lebih kreatif untuk menjawab kebutuhan masa depan. Kerja sama dengan perguruan tinggi perlu juga dilakukan.
Hal senada diungkapkan produsen keramik Pia Pasalk. Apabila China dan Indonesia banyak memproduksi tableware, sesungguhnya keramik juga bisa diinovasi menjadi fashion. ”Diinspirasi dari filosofi wabi-sabi Jepang, koleksi yang sudah sempurna bisa disempurnakan lagi menjadi cantik, lebih lengkap dan tidak konvensional,” kata Pia, yang memproduksi keramik menjadi pelengkap pegangan tas tangan, kalung, cincin, dan bros.
Di mana Indonesia? Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, stan peserta Indonesia terpencar. Kini, sekitar 95 persen berlokasi di hall 10. Namun, semua disatukan dalam areal Living. Padahal, ada beberapa produk yang sesungguhnya bisa masuk ke areal Giving dan Dinning.
Sebanyak 55 pengusaha Indonesia sudah bisa mandiri mengikuti pameran internasional yang penting ini. Sementara itu, Kementerian Perindustrian membawa sembilan produsen perwakilan binaan Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah. Sayangnya, kehadiran mereka masih saja tanpa konsep yang jelas sebagai satu kesatuan nama Indonesia seperti terlihat pada tahun 2008. Tidak terlihat mereka menampilkan ”bendera Indonesia”. Mereka terselip di antara ribuan peserta lainnya yang berdatangan dari 80 negara lain.
Sekalipun harga sewanya mahal, transaksi yang dicapai sungguh menggiurkan. Apalagi kalau pembeli sudah fanatik pada satu produsen. Keberlanjutan pembelian menjadi peluang besar. Oleh karena itu, pada setiap produk terlihat informasi kecil yang menyebutkan jumlah produk yang bisa diperoleh para konsumen di dalam kontainer 20 kaki dan 40 kaki.
Pameran adalah bagian dari pembuka jaringan pasar. Semestinya Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN atau NAFED) menggarap keikutsertaan dalam pameran ini. Ini pandangan yang dikemukakan konsultan senior Swiss Import Promotion Programme (Sippo), Urs Wehrie, ketika berkunjung ke stan Indonesia.
”Peserta dari Indonesia berasal dari NAFED, kan?” tanya Urs, yang mengira peserta yang sebetulnya dibawa Ditjen IKM Kemenperin berada di bawah koordinasi BPEN.
Dia mengingatkan, sejumlah produsen produk kreatif Indonesia perlu terus meningkatkan inovasi. Lampu duduk Kriya Nusantara, misalnya. Selera Eropa dan Amerika perlu terlebih dulu dikenali sehingga konsumen berminat memesannya. Produk radio tempo dulu merek Cawang juga bisa menjadi ikon produk tua yang diperbarui, tentu tanpa harus meninggalkan kekunoannya.
Namun, produk keramik dinilainya sebagai produk yang sulit dipasarkan. Selain selera konsumen, tren kebutuhan keramik hias kerap kalah dengan kebutuhan produk yang bersifat fungsional. Teknik pengiriman juga rentan pecah. Besar dan beratnya produk keramik membuat biaya pengiriman mahal.
Ambiente merupakan pameran dagang yang penting! Perang kekuatan desain global sedang mencari siapa pemenang yang berhasil meraih pasar terbesar? Desain yang yang menarik penuh inovasi yang bakal memang.
0 comments:
Post a Comment