Rp 100 Miliar untuk Perguruan Tinggi
>> Wednesday, February 2, 2011
Kementerian Pendidikan Indonesia (Kemendiknas) terus berupaya menggenjot pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi. Tahun ini, disiapkan anggaran Rp 100 miliar untuk mempermulus program tersebut. Anggaran itu disiapkan untuk membiayai proposal atau blockgrant wirausaha mahasiswa dan beasiswa dosen khusus ilmu kewirausahaan.
Wakil Menteri Pendidikan Fasli Jalan menjelaskan, secara keseluruhan anggaran tersebut akan dikucurkan di pusat-pusat enterpreneur. Pusat-pusat enterpreneur ini didirikan di kampus-kampus negeri di masing-masing provensi. "Yang jelas program ini terus berlanjut," papar mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) itu di Jakarta, Minggu (30/1).
Fasli menjabarkan, tahun lalu minat mahasiswa untuk mengajukan proposal wirausaha cukup tinggi. Kemendiknas mencatat tahun lalau ada seratus ribu lebih mahasiswa yang mengajukan proposal tersebut. Masing-masing mahasiswa yang mengajukan proposal wirausaha tersebut, mendapatkan bantuan pembiayaan rata-rata Rp 8 juta. Tahun ini, nilai bantuan diperkirakan tetap.
Sementara pendidikan kewirausahaan juga dilakukan di tingkat pendidikan menengah. Fasli menjelaskan pihak sekolah harus memberikan kredit poin khusus bagi siswa yang menjalankan usaha. "Baik itu usaha sendiri atau ikut orang lain," kata dia.
Sehingga, dengan pemberian kredit poin tambahan tersebut, bisa memacu siswa-siswa lainnya untuk berwirausaha.
Di bagian lain, Dirjen Dikti Kemendiknas Djoko Santoso menjelaskan, pihaknya sudah mengkomunikasikan program kewirausahaan ini kepada perguruan tinggi negeri, maupun perguruan tinggi swasta di bawah koordinasi peguruan tinggi swasta (kopertis). "Secara teknis akan berjalan seperti tahun lalu," kata dia. Yaitu, pemberian anggaran untuk pelatihan dan program kewirausahaan. Keduanya, masih kata Djoko, harus berjalan beriringan.
Djoko menjelaskan, melalui program ini bisa ikut menekan angka pengangguran terbuka lulusan perguruan tinggi di negeri ini. Kemendiknas mencatat, tahun lalu jumlah penganggruan tersebut tidak kurang dari 8,7 juta jiwa. Melalui program kewirausahaan ini, lulusan perguruan tinggi bisa bekerja untuk dirinya sendiri dan memberi pekerjaan kepada orang lain.
Kemendiknas belum mengevaluasi secara rinci program wirausahan ini. Namun, hasil pantauan di lapangan, program kewirausahaan di lingkungan pendidikan tinggi ini mampu menggerakkan mahasiswa untuk melakukan kegiatan kewirausahaan.
Dalam waktu dua tahun setelah mengajukan proposal dan mendapatkan kucuran bantuan tersebut, beberapa mahasiswa yang menjalankan usahanya bisa mengakses bantuan kredit usaha rakyat (KUR). "Bantuan dari kami (Kemendiknas, red) bisa dijadikan pancingan," pungkas Djoko.
Wakil Menteri Pendidikan Fasli Jalan menjelaskan, secara keseluruhan anggaran tersebut akan dikucurkan di pusat-pusat enterpreneur. Pusat-pusat enterpreneur ini didirikan di kampus-kampus negeri di masing-masing provensi. "Yang jelas program ini terus berlanjut," papar mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) itu di Jakarta, Minggu (30/1).
Fasli menjabarkan, tahun lalu minat mahasiswa untuk mengajukan proposal wirausaha cukup tinggi. Kemendiknas mencatat tahun lalau ada seratus ribu lebih mahasiswa yang mengajukan proposal tersebut. Masing-masing mahasiswa yang mengajukan proposal wirausaha tersebut, mendapatkan bantuan pembiayaan rata-rata Rp 8 juta. Tahun ini, nilai bantuan diperkirakan tetap.
Sementara pendidikan kewirausahaan juga dilakukan di tingkat pendidikan menengah. Fasli menjelaskan pihak sekolah harus memberikan kredit poin khusus bagi siswa yang menjalankan usaha. "Baik itu usaha sendiri atau ikut orang lain," kata dia.
Sehingga, dengan pemberian kredit poin tambahan tersebut, bisa memacu siswa-siswa lainnya untuk berwirausaha.
Di bagian lain, Dirjen Dikti Kemendiknas Djoko Santoso menjelaskan, pihaknya sudah mengkomunikasikan program kewirausahaan ini kepada perguruan tinggi negeri, maupun perguruan tinggi swasta di bawah koordinasi peguruan tinggi swasta (kopertis). "Secara teknis akan berjalan seperti tahun lalu," kata dia. Yaitu, pemberian anggaran untuk pelatihan dan program kewirausahaan. Keduanya, masih kata Djoko, harus berjalan beriringan.
Djoko menjelaskan, melalui program ini bisa ikut menekan angka pengangguran terbuka lulusan perguruan tinggi di negeri ini. Kemendiknas mencatat, tahun lalu jumlah penganggruan tersebut tidak kurang dari 8,7 juta jiwa. Melalui program kewirausahaan ini, lulusan perguruan tinggi bisa bekerja untuk dirinya sendiri dan memberi pekerjaan kepada orang lain.
Kemendiknas belum mengevaluasi secara rinci program wirausahan ini. Namun, hasil pantauan di lapangan, program kewirausahaan di lingkungan pendidikan tinggi ini mampu menggerakkan mahasiswa untuk melakukan kegiatan kewirausahaan.
Dalam waktu dua tahun setelah mengajukan proposal dan mendapatkan kucuran bantuan tersebut, beberapa mahasiswa yang menjalankan usahanya bisa mengakses bantuan kredit usaha rakyat (KUR). "Bantuan dari kami (Kemendiknas, red) bisa dijadikan pancingan," pungkas Djoko.
0 comments:
Post a Comment