Bahasa Indonesia Bisa Go Internasional
>> Monday, January 31, 2011
Bahasa Indonesia sejatinya telah memenuhi persyaratan untuk menjadi bahasa internasional.
Ahli Sastra dan Sosial Budaya Universitas Indonesia (UI) Maman Soetarman Mahayana mengatakan, syarat yang sudah terpenuhi antara lain jumlah penutur Bahasa Indonesia lebih besar ketimbang penutur Bahasa Inggris.
Selain itu, luas penyebaran Bahasa Indonesia sudah merambah ke berbagai negara di dunia dan banyak dipelajari oleh warga negara lain. “Saat ini saja sudah banyak perguruan tinggi di kota-kota besar di banyak negara yang mengajarkan Bahasa Indonesia,” tutur Maman belum lama ini.
Tak hanya syarat, desakan dari berbagai negara agar pemerintah Indonesia mendirikan Pusat Pengkajian Bahasa Indonesia di luar negeri, untuk mempermudah mereka belajar Bahasa Indonesia pun terus bergulir.
Konferensi Internasional Liga Universitas Islam II di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) beberapa waktu lalu juga merekomendasikan agar Bahasa Indonesia digunakan sebagai salah satu bahasa internasional di negara-negara Islam, selain Bahasa Arab.
Cukup banyak memang dukungan untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Yang terbaru, ajakan mendukung harapan ini lewat jejaring sosial Facebook. Tengok saja akun Dukung Bahasa Indonesia jadi Bahasa Internasional.
Lindungi Bahasa Indonesia untuk Generasi Muda
Bahasa Indonesia perlu mendapat perhatian khusus dalam hal pelestariannya. Jika tidak, dikhawatirkan masyarakat Indonesia semakin terbawa arus westernisasi atau budaya kebarat-baratan.
Hal ini sangat disadari oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Kementerian Pendidikan Nasional. Menurut Yeyen Maryani, Sekretaris BPPB Kemendiknas, lembaganya melakukan banyak program untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia.
Salah satunya, program pengkajian yaitu pengembangan kosakata. Dia menambahkan, tujuan pengembangan kosakata ini untuk mengurangi penggunaan istilah asing di masyarakat. Sehingga, jika sudah ditemukan padanan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia, maka penggunaan istilah asing akan sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.
Selain itu, juga dilakukan perlindungan kepada bahasa agar tidak punah, baik itu bahasa daerah maupun bahasa nasional itu sendiri (bahasa Indonesia). Yeyen menjelaskan, bentuk perlindungan dapat berupa kajian melalui dokumentasi atau revitalisasi. “Kita wajib melindungi supaya bahasa itu tidak hilang,” ungkapnya.
Program lainnya, lanjut Yeyen, adalah program pembinaan yang lebih terkait pada pengguna dan penggunaan. Salah satunya membina bahasa Indonesia supaya tetap berkembang dan bercita-cita menjadi bahasa dunia.
“Bahasa Indonesia itu harus dibina khususnya penuturnya, bagaimana menyadarkan orang, meningkatkan sikap positif orang agar cinta pada bahasa Indonesia, sehingga dalam bekomunikasi lebih senang menggunakan bahasa Indonesia,” imbuh Yeyen.
Hal serupa juga dilakukan di luar negeri terhadap bahasa Indonesia, karena sudah lebih dari 159 pusat kajian bahasa Indonesia di negara-negara lain itu. Hal ini diharapkan supaya secara bertahap dan berkelanjutan penggunaan bahasa Indonesia di luar negeri terus meningkat.
Yeyen mencontohkan kata produksi, yang berasal dari bahasa Inggris yaitu production, karena tidak ada konsep produksi dalam bahasa daerah maka diambil kata produksi dengan penyesuaian ejaan tanpa menggunakan kata ion diakhir kata.
Contoh lain, kata snack atau makanan kecil, sebetulnya menurut dia, ada padanan lain dalam bahasa Indonesia untuk kata snack yakni kudapan, namun kata kudapan tidak dikenal di masyarakat.
Beda pendapat dengan Yeyen, ahli Bahasa dan Sastra, Maman Soetarman Mahayana mengusulkan tiga hal untuk melstarikan bahasa Indonesia pada kalangan generasi muda.
Ahli Sastra dan Sosial Budaya Universitas Indonesia (UI) Maman Soetarman Mahayana mengatakan, syarat yang sudah terpenuhi antara lain jumlah penutur Bahasa Indonesia lebih besar ketimbang penutur Bahasa Inggris.
Selain itu, luas penyebaran Bahasa Indonesia sudah merambah ke berbagai negara di dunia dan banyak dipelajari oleh warga negara lain. “Saat ini saja sudah banyak perguruan tinggi di kota-kota besar di banyak negara yang mengajarkan Bahasa Indonesia,” tutur Maman belum lama ini.
Tak hanya syarat, desakan dari berbagai negara agar pemerintah Indonesia mendirikan Pusat Pengkajian Bahasa Indonesia di luar negeri, untuk mempermudah mereka belajar Bahasa Indonesia pun terus bergulir.
Konferensi Internasional Liga Universitas Islam II di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) beberapa waktu lalu juga merekomendasikan agar Bahasa Indonesia digunakan sebagai salah satu bahasa internasional di negara-negara Islam, selain Bahasa Arab.
Cukup banyak memang dukungan untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Yang terbaru, ajakan mendukung harapan ini lewat jejaring sosial Facebook. Tengok saja akun Dukung Bahasa Indonesia jadi Bahasa Internasional.
Lindungi Bahasa Indonesia untuk Generasi Muda
Bahasa Indonesia perlu mendapat perhatian khusus dalam hal pelestariannya. Jika tidak, dikhawatirkan masyarakat Indonesia semakin terbawa arus westernisasi atau budaya kebarat-baratan.
Hal ini sangat disadari oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Kementerian Pendidikan Nasional. Menurut Yeyen Maryani, Sekretaris BPPB Kemendiknas, lembaganya melakukan banyak program untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia.
Salah satunya, program pengkajian yaitu pengembangan kosakata. Dia menambahkan, tujuan pengembangan kosakata ini untuk mengurangi penggunaan istilah asing di masyarakat. Sehingga, jika sudah ditemukan padanan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia, maka penggunaan istilah asing akan sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.
Selain itu, juga dilakukan perlindungan kepada bahasa agar tidak punah, baik itu bahasa daerah maupun bahasa nasional itu sendiri (bahasa Indonesia). Yeyen menjelaskan, bentuk perlindungan dapat berupa kajian melalui dokumentasi atau revitalisasi. “Kita wajib melindungi supaya bahasa itu tidak hilang,” ungkapnya.
Program lainnya, lanjut Yeyen, adalah program pembinaan yang lebih terkait pada pengguna dan penggunaan. Salah satunya membina bahasa Indonesia supaya tetap berkembang dan bercita-cita menjadi bahasa dunia.
“Bahasa Indonesia itu harus dibina khususnya penuturnya, bagaimana menyadarkan orang, meningkatkan sikap positif orang agar cinta pada bahasa Indonesia, sehingga dalam bekomunikasi lebih senang menggunakan bahasa Indonesia,” imbuh Yeyen.
Hal serupa juga dilakukan di luar negeri terhadap bahasa Indonesia, karena sudah lebih dari 159 pusat kajian bahasa Indonesia di negara-negara lain itu. Hal ini diharapkan supaya secara bertahap dan berkelanjutan penggunaan bahasa Indonesia di luar negeri terus meningkat.
Yeyen mencontohkan kata produksi, yang berasal dari bahasa Inggris yaitu production, karena tidak ada konsep produksi dalam bahasa daerah maka diambil kata produksi dengan penyesuaian ejaan tanpa menggunakan kata ion diakhir kata.
Contoh lain, kata snack atau makanan kecil, sebetulnya menurut dia, ada padanan lain dalam bahasa Indonesia untuk kata snack yakni kudapan, namun kata kudapan tidak dikenal di masyarakat.
Beda pendapat dengan Yeyen, ahli Bahasa dan Sastra, Maman Soetarman Mahayana mengusulkan tiga hal untuk melstarikan bahasa Indonesia pada kalangan generasi muda.
0 comments:
Post a Comment