Tips Berbicara Pada Anak

>> Monday, April 12, 2010

Berkomunikasi dengan buah hati, merupakan pekerjaan yang susah-susah gampang. Agar tidak salah dalam mengungkapan kata-kata kepada anak, ikuti lima panduan ringan berbicara kepada anak berikut ini.


Anda pasti akan terkejut jika mengetahui seberapa besar kekuatan yang Anda gunakan dalam berkata-kata. Kata-kata yang Anda pilih ketika berbicara atau menegur anak-anak dapat berdampak besar terhadap mereka, sekalipun Anda pikir mereka tidak mendengarnya.
Cara Anda mengungkapkan kalimat permintaan, merespon, atau memberi pujian, dapat mengilhami mereka untuk bisa lebih bekerja sama dan percaya diri, atau justru meninggalkan kesan buruk dan sakit hati pada diri mereka.

Chick Moorman, seorang guru dari Merill, Michigan, Amerika Serikat, dan ayah dari empat orang anak, memberi beberapa saran mengenai keterampilan berbicara bagi para orangtua terhadap anak-anak, di beberapa seminarnya di berbagai negara.

Di dalam pendahuluan bukunya yang berjudul Parent Talk: How to talk to Children in Language That Builds Self-Esteem and Encourages Responsibility, Chick mengatakan, hal-hal yang dapat merusak suasana antara orangtua dan anak sering kali berawal dari kata-kata yang meluncur dari mulut orangtua. "Namun beberapa kalimat juga dapat membantu Anda (orangtua) untuk semakin mendekatkan hubungannya dengan anak."

Di bawah ini ada beberapa kalimat kunci yang dapat diingat, digunakan, atau justru sebaiknya Anda abaikan saja.

5 Hal baik yang sebaiknya Anda katakan:

  1. "Buatlah pilihan, Sayang."
    Kalimat ini dapat digunakan saat Anda meminta anak untuk melakukan atau menghentikan tindakan tertentu. Dengan begitu, dia akan dengan segera melakukan apa yang Anda minta dengan rasa tanggungjawab penuh. Misalnya, saat anak sedang bermain dengan teman-temannya di rumah, katakan, "Sayang, jangan ribut ya, mainnya!" atau "Pindah main di luar saja ya!"

    Jika dalam waktu lima menit mereka masih tetap main di dalam dan ribut, Anda dapat melanjutkan menegurnya dengan, "Mama pikir kamu lebih suka main di luar, deh, Sayang." Ungkapan-ungkapan ini tak hanya mengajarkan anak mengenai sebab dan akibat dari suatu kasus, misalnya menimbulkan keributan. Namun, ungkapan ini juga dapat menghindarkan Anda dari tindakan kekerasan terhadap anak. Sehingga, anak dapat segera mengerti akan konsekuensi yang harus diambilnya.

  2. "Mama sayang kamu, tapi mama tidak suka sikapmu."
    Jika Anda ingin menerapkan disiplin kepada anak, Anda perlu untuk membedakan antara perbuatan dan pelaku yang berbuat. Sehingga dia dapat mengerti, Anda tidak menyukai tingkah lakunya yang buruk dan bukan berarti Anda membuat tuduhan jika dirinyalah yang buruk.

    Katakan pada anak, Anda sangat sayang padanya tanpa harus meninggalkan penerapan kedisiplinan padanya. Ungkapan sayang akan membuat Anda tetap tenang tanpa perlu membentaknya, sehingga Anda tak perlu memberinya hukuman.


  3. "Janji sama Mama ya."
    Jika anak melakukan sesuatu yang mengganggu ketenangan Anda, misalnya saat makan dia selalu bercakap-cakap atau mengacak-acak isi piringnya, tanyakan langsung, kenapa selalu bercakap-cakap saat makan. Buatlah kesepakatan dengannya untuk bercakap-cakap sebelum atau sesudah makan saja, agar dia mau melahap makanannya tanpa mengacak-acaknya lagi. Berikan alasan yang masuk akal, jelas, dan sederhana mengapa Anda tidak setuju dengan tingkahnya itu.


  4. "Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?"
    Jika sedang kesal, biasanya anak-anak sering mengatakan sesuatu dengan keras dan sekenanya, bahkan terkadang kasar. Misalnya, saat bertengkar dengan teman sebayanya. Pada kondisi ini, Anda dapat membantunya dengan menggali lebih dalam dan bertanya, kenapa dia sampai sebegitu marah dan kesal kepada temannya. Bertanyalah dengan lembut padanya, seperti, "Apakah temanmu mengatakan sesuatu yang mengganggu?" Bicaralah dari hati ke hati. Dengan demikian, dia akan lebih tenang dan belajar untuk lebih sabar menghadapi teman-temannya.


  5. "Setiap orang punya keperluan berbeda."
    Jika sekali waktu anak Anda mengatakan dengan keras kata-kata, "Mama enggak adil!", sudah saatnya Anda membuatnya mengerti mengapa setiap orang, meski dalam satu keluarga, tidak bisa mendapatkan hal yang sama. Anda dapat sedikit demi sedikit menjelaskan padanya apa arti kata "adil" padanya. Misalnya, "Kakakmu mendapatkan sesuatu yang memang dibutuhkannya, Sayang." Kalimat ini bisa mengajarkan pada anak agar tidak menjadi manja. Dengan kata lain, jika salah seorang anak membutuhkan sepatu, bukan berarti seluruh anak Anda dibelikan sepatu. Jika salah satu anak Anda batuk, apakah semua anak Anda lantas diberi obat? Tentu tidak, kan.


5 Kalimat yang Perlu Dihindari:

  1. "Kamu, kan, sudah gede!"
    Anak Anda masih berusia 6 tahun, lalu menangis karena tidak mendapatkan apa yang ia mau atau dia berusia 4 tahun dan tidak mau diam saat duduk. Sebenarnya, mereka bertingkah layaknya anak seusianya dan itu wajar saja. Banyak orangtua menginginkan anaknya bersikap seperti orang dewasa di usianya yang masih tergolong kecil, dengan menuntutnya bersikap selalu manis dan tenang. Pada kenyataannya, perubahan sikap dilalui anak-anak secara bertahap.

    Sikap keras kepala, cengeng, rewel, atau banyak permintaan adalah sikap wajar anak yang sedang tumbuh. Dengan sendirinya ia bisa bersikap lebih dewasa sesuai perkembangan usianya. Memang, banyak orangtua kewalahan dengan sikap 'kekanakan' anak mereka. Namun ada baiknya Anda berusaha lebih mengerti diri anak dengan menyatakan, "Mama tahu kamu sangat menginginkan mainan itu, tapi mainan yang lama, kan, masih bagus-bagus Sayang."


  2. "Mama cuma bercanda kok!"
    Mengungkapkan lelucon kepada anak bisa semakin mendekatkan diri Anda dengannya dan ini merupakan usaha yang cukup baik. Namun, adakalanya beberapa orangtua "menggoda" anaknya dengan mengungkapkan lelucon yang menyinggung perasaannya seperti, "Jangan duduk di kursi itu. Kamu, kan, gendut, nanti patah lho!" Meski kata-kata itu diungkapkan dengan nada bercanda, akan terasa 'menyakitkan', terutama bagi anak yang sedang beranjak remaja. Sebagai orangtua, selayaknya memberikan dukungan dan kasih sayang padanya dengan cara yang lebih dewasa. Tidak perlu memaksa diri untuk lucu di depan anak-anak.


  3. "Lihat tuh, kakakmu!"
    Membandingkan beberapa anak di keluarga akan membuat dirinya merasa tidak berharga dan selalu di-anak tiri-kan. Ungkapan di atas tidak efektif untuk mengubah sikapnya yang buruk agar bisa sebaik kakaknya. Ungkapan ini hanya akan membuatnya rendah diri dan tidak pede. Bahkan, anak Anda akan semakin mengukuhkan dirinya memang berbeda dengan kakaknya, yang dinilai lebih baik itu. Sebagai orangtua, Anda seharusnya bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan anak. Besarkan hatinya jika anak Anda kurang mampu dalam melakukan sesuatu hal.


  4. "Mama bilang jangan lari! Ingin jatuh, ya?"
    Kesan dari ungkapan ini tampaknya memang Anda sangat perhatian pada anak dan berusaha untuk menjaganya agar tidak jatuh. Namun, makna yang terkandung dalam ungkapan itu seolah-olah Anda benar-benar menginginkan dia jatuh untuk memberinya pelajaran. Sebaliknya, dekati anak dan tegurlah dengan lembut, "Kalau ingin lari, kencangkan dulu tali sepatunya, Sayang, supaya enggak terjatuh." Semakin Anda 'meradang', semakin dia ingin menunjukkan dirinya tak akan terjatuh meski berlari kencang.


  5. "Kamu dengar Mama tidak?"
    Kata-kata yang sering diucapkan dengan bentakan ini mengandung tuhuhan terselubung terhadap diri anak Anda. Jika anak tampak belum merespon apa yang Anda inginkan, misalnya segera berganti pakaian sepulang sekolah, Anda dapat mengulangi pertanyaan dalam bentuk ungkapan yang lain. "Kamu tidak mau, kan, badanmu bau karena tidak ganti pakaian?" Usahakan agar tidak membentak jika anak belum juga beranjak dari tempatnya sebagai respons permintaan Anda. Cukup beri peringatan, "Mama ulangi sekali lagi ya, Sayang. Kalau kamu tidak juga ganti pakaian, terpaksa tidak boleh main."


Related Posts by Categories



0 comments:

Post a Comment

  © Kolom Panduan by Good Bloggers

Back to TOP